News Update :
HitzOwner. Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Keluarga Korban Pemenggalan ISIS: Jangan Salahkan Islam

Penulis : Unknown on Senin, 15 September 2014 | 06.15

Senin, 15 September 2014


David Cawthorne Haines korban ISIS 
Liputan6.com, London - Warga asing kembali menjadi korban kekejaman kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Setelah 2 wartawan Amerika Serikat (AS), James Wright Foley dan Steven Sotloff, kini warga Inggris yang jadi sasaran.

Seorang pekerja kemanusiaan asal Inggris, David Cawthorne Haines dilaporkan dieksekusi berdasarkan video pemenggalan yang disebar oleh ISIS, kelompok ekstremis yang secara sepihak memproklamasikan diri sebagai Negara Islam.

Keluarga sangat berduka atas nasib David yang menjadi korban ISIS. Tapi saudara kandung David, Mike Haines meminta semua pihak tidak salah kaprah menilai gerakan ISIS. Kata dia, hal ini bukanlah masalah agama, tapi persoalan kemanusiaan.

"Jangan salahkan Islam atas ulah ISIS. Ini juga bukan salah warga atau keturunan Timur Tengah," ujar Mike, seperti dimuat Al-Arabiya, Senin (15/9/2014).

"Kami melihat banyak aksi radikal yang menyimpang. Dan ISIS juga bukan masalah ras, agama, atau pun politik. Ini adalah masalah kemanusiaan," imbuh dia.

Mike menyarankan pihak internasional tidak gegabah dalam menghadapi ISIS. Menurut dia, perlu cara yang lebih bijak untuk menaklukkan ISIS dan jangan terlalu terburu-buru melancarkan serangan ke kelompok tersebut, demi mencegah jatuhya korban jiwa dari warga sipil yang tak berdosa.

Dalam sebuah video yang disebar pada Sabtu 13 September 2014 malam, terlihat detik-detik sebelum David Haines diduga dipenggal oleh algojo yang merupakan anggota ISIS. Sama seperti 2 video sebelumnya, eksekutor mengenakan pakaian jubah hitam dan si korban memakai baju mirip tahanan berwarna oranye.

Sebelum dieksekusi, David Haines diminta ISIS untuk membacakan pesan kepada Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron. Dalam pesan bertajuk "A Message to the Allies of America", ISIS mengecam langkah Inggris bersekutu dengan AS.

"Anda malah berkoalisi dengan Amerika Serikat melawan ISIS, sama seperti mantan pendahulu Anda, Tony Blair. Anda malah meneruskan tren di antara PM kami yang tidak memiliki keberanian untuk mengatakan tidak kepada Amerika," kata Haines dalam tayangan video tersebut, seperti dimuat The New York Times. [Baca juga: Alan Henning, Warga Inggris Kedua Target Eksekusi ISIS]
Perdana Menteri Inggris David Cameron mengecam keras aksi pembunuhan yang dilakukan ISIS. Pemerintah Inggris akan memburu para pembunuh Haines

"Kekejian ISIS harus diakhiri dengan jalan yang tenang dan terencana. Mereka (ISIS) bukanlah Muslim, melainkan monster," tegas Cameron.

Melalui video, ISIS sebelumnya dikabarkan telah memenggal dua wartawan Amerika Serikat, yakni James Foley dan Steven Sotloff. ISIS mengatakan Foley dan Sotloff dibunuh sebagai pembalasan atas serangan udara Amerika terhadap wilayah-wilayah kekuasaan mereka di Irak. (Ein)
Credit: Rizki Gunawan
komentar | | Read More...

Alan Henning, Warga Inggris Kedua Target Eksekusi ISIS

ISIS Penggal Warga InggrisSetelah mengklaim memenggal kepala warga Inggris bernama David Cawthorne Haines, kelompok ISIS mengancam akan membunuh sandera berikutnya dari negara yang sama.

Dilansir dari BBC, Senin (15/9/2014), pria berkebangsaan Inggris yang akan dieksekusi kelompok Daulah Islamiyah itu disebutkan bernama Alan Henning.

Ancaman itu dilontarkan dalam video pemenggalan warga negara Inggris bernama David Haines, yang dipublikasikan ISIS akhir pekan. Kemunculan pria bernama Alan Henning ditunjukkan pada bagian akhir rekaman tersebut.

Perdana Menteri Britania Raya David Cameron mengatakan, pemerintah Inggris akan memburu para pembunuh Haines, seorang pekerja kemanusiaan, yang ia sebut sebagai 'pahlawan Inggris'.

"Kekejian ISIS harus diakhiri dengan jalan yang tenang dan terencana," kata Cameron.

Cameron pun mengecam keras aksi pembunuhan yang dilakukan ISIS. "Mereka bukanlah Muslim, melainkan monster," jelas dia.

"Kami akan melakukan apa saja yang kami bisa, untuk memburu para pembunuh ini dan memastikan mereka diadili, berapa lama pun waktu yang dibutuhkan," tambah Cameron.

Ayah 2 Orang Anak

Henning diculik ISIS saat bekerja sebagai relawan pengantar bantuan kemanusiaan di Suriah bersama Haines. Pria berusia 47 tahun itu adalah ayah dua anak dari kota Salford.

Wartawan BBC Catrin Nye mengatakan, ia pernah bertemu dengan Henning sebelum berangkat ke Suriah.

"Ia menceritakan kepada saya bahwa pengalamannya di kamp pengungsi Suriah telah mengubah hidupnya," ujar Catrin.

"Ia sangat tersentuh dan mengatakan sejak kembali ke Inggris situasi di sana (Suriah) telah berubah jauh, dan ia sangat ingin kembali lagi untuk membantu rakyat Suriah, sambung Catrin.

"Semua yang kenal dan pernah bertemu Alan mengatakan ia adalah pria yang sangat lucu dan sangat baik. Ia cuma pria biasa, seorang ayah yang bekerja sebagai sopir taksi dan punya hobi memancing, serta sangat ingin membantu rakyat Suriah," tambah Catrin.

Dilansir dari VOA News, pejabat-pejabat Inggris dan keluarga Henning sebelumnya meminta media untuk tidak mempublikasikan namanya. Hal itu dilakukan demi alasan keselamatan Henning. Tetapi permintaan itu dicabut Minggu siang.

Pihak keluarga pun akhirnya mengeluarkan foto Alan Henning untuk publikasi.
ISIS mengancam akan membunuh Henning jika Inggris tetap ikut serta dalam koalisi pimpinan Amerika untuk melawan kelompok mereka.
Jika video pemenggalan ini terbukti keasliannya, maka Haines menjadi orang asing ketiga yang dibunuh dalam beberapa pekan ini. Sebelumnya ISIS juga telah membunuh wartawan Amerika James Foley dan Steven Sotloff. (Ein)

komentar | | Read More...

Surat ancaman ISIS untuk SBY ditemukan pegawai pos di Batam

Kapolda Kepulauan Riau Brigjend Pol Arman Depari memastikan pengirim surat ancaman dari jaringan Negara Islam di Irak dan Syria (ISIS) untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang ditemukan Petugas Kantor Pos Batam hanyalah orang iseng.

"Itu hanya orang iseng," kata Kapolda usai menghadiri peresmian Politeknik Pariwisata Batam (Batam Tourism Polytechnic/BTP) di Batam Kepri, seperti dikutip dari Antara, Senin (15/9).

Kapolda mengatakan Polri belum mengetahui identitas pengirim surat yang isinya mengancam akan mengebom ibu kota Jakarta itu. "Identitas asli belum, kalau identitas yang palsu ada," kata Kapolda.

Aparat kepolisian juga belum memeriksa petugas Kantor Pos Batam untuk menyelidiki pengirim surat ancaman itu. Kapolda mengatakan sampai saat ini Polda Kepri juga belum membuat operasi pengamanan khusus untuk mengawasi pergerakan warga negara asing di provinsi kepulauan itu dalam mengantisipasi penyebaran gerakan ISIS.

Meskipun Kepri adalah pintu masuk WNA ke tiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Bali, namun menurut Kapolda, kondisi di Kepri masih terkendali.

"Pengawasan kami lakukan terus, tidak perlu terkait ISIS, kami lakukan," kata pria yang baru menjabat Kapolda Kepri beberapa pekan.

Sementara itu, di Palu, polisi menangkap empat orang WNA karena diduga terlibat jaringan ISIS. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Komisaris Besar Polisi Agus Riyanto mengatakan empat WNA itu ditangkap Polda Sulawesi Tengah dan Detasemen Khusus 88 Anti Teror di Desa Marantale, Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Dari identitas yang didapat, mereka adalah A Basyit, A Bozoghlan, A Bayram, A Zubaidan, yang awalnya diduga sebagai warga negara Turki. Riyanto mengaku sejauh ini pihaknya menduga keempat warga asing itu berencana ke Poso untuk bergabung dengan kelompok Santoso yang difasilitasi terduga teroris, Mochtar, yang berada di Poso, yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang.
Sumber: Merdeka.com
komentar | | Read More...

Militan Afganistan Siap Gabung dengan ISIS

Penulis : Unknown on Rabu, 03 September 2014 | 01.48

Rabu, 03 September 2014


Para anggota militan Afganistan yang bersekutu dengan Taliban tengah mempertimbangkan untuk bergabung dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang kini menyebut diri sebagai Negara Islam (IS/DI).

Kepada BBC, Selasa, 2 September 2014, salah satu komandan militan di Afganistan, Mirwais, mengatakan jika ISIS memang merupakan kekhalifahan sejati, maka mereka ingin bergabung dengannya. »Jika mereka memang memenuhi syarat, kami yakin pemimpin kami akan menyatakan kesetiaan kepada ISIS,” kata Mirwais.

Tak hanya berencana untuk bergabung dengan ISIS, militan Afganistan juga memuji keberhasilan ISIS mendirikan kekhalifahan. »Mereka memang pejuang hebat. Kami berdoa untuk mereka,” ujar Mirwais.

Ancaman ini sangat mengkhawatirkan. Jika Taliban memang akhirnya bergabung dengan ISIS, hal ini akan memberi dimensi baru terhadap perlawanan bersenjata yang sekarang sedang berlangsung.

Apalagi Afganistan kini sedang goyang akibat perselisihan mengenai pemilu presiden.
Pemilihan presiden yang diadakan bulan Juni itu masih terus dipersengketakan. Belum ditetapkan siapa yang akan memimpin negara tersebut. Saat ini penghitungan ulang suara masih terus dilangsungkan di tengah ketegangan yang masih membayang.

Sumber: Tempo
komentar | | Read More...

Sample Text

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger